
JASATIRTAENERGI – Kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) di tanah air, tidak sepenuhnya terpenuhi dengan produksi dalam negeri. Demi memenuhi kebutuhan energi di tanah air, pemerintah melakukan impor BBM yang tentunya menjadi beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Beban APBN ini disampaikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi), saat menyinggung soal tingginya impor Indonesia terhadap energi fosil. Melihat beban yang cukup besar demi pemenuhan energi di tanah air, presiden mendorong agar Indonesia bisa melakukan transisi energi dari fosil ke energi baru terbarukan (EBT).
“Ketergantungan kita pada BBM, pada energi fosil semakin tinggi dan sampai saat ini pengolahan BBM kita tahu semuanya masih impor membebani defisit, membebani APBN kita, membebani defisit neraca perdagangan,” jelasnya di SPKUL Central Parkir ITDC Nusa Dua, Bali, Jumat (25/3/2022).
Jokowi menilai, beban yang cukup besar akan berimbas kepada defisit neraca perdagangan. Oleh karena itu dia menegaskan kondisi yang ada tersebut tidak boleh dibiarkan, yakni dengan cara mewujudkan kemandirian energi.
Jokowi menegaskan adanya kendaraan listrik menjadi bagian dari desain transisi energi dari energi fosil ke energi baru terbarukan. Bukan hanya kendaraannya, tetapi juga pengadaan fasilitas daya atau energi untuk kendaraan listrik.
Diresmikannya Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) Ultra Fast Charging di Central Parkir ITDC Nusa Dua, bisa menjadi tanda bukti Indonesia menjadi negara terdepan dalam transisi energi. Terutama dalam pengembangan kendaraan listriknya.
“Itu semuanya harus kita sampaikan mulai dari hulu industri baterai dan industri komponen lainnya sampai di hilir pada penyiapan SPKLU dan home charging. Saya tunjukkan kepada dunia bahwa ekosistem kendaraan listrik di Indonesia tengah tumbuh dan berkembang cepat,” imbuhnya.
Milenial Dilibatkan
Kemandirian dalam rangka pengadaan energi melalui energi terbarukan, diikuti dengan komitmen Indonesia dalam mengurangi efek gas rumah kaca (GRK) dalam dokumen Nationally Determined Contributions (NDC) sebesar 29% pada 2030 dari level business as usual (BaU).
Komitmen Indonesia melalui GSK, tentu saja berhubungan dengan transisi energi yang ingin dicapai oleh Indonesia. Keterlibatan seluruh pihak tentu menjadi syarat dalam percepatan tarnsisi energi di tanah air, tanpa terkecuali pelibatan kaum milennial.
Direktur Keuangan PT Pertamina Geothermal Energi (PGE) Nelwin Aldriansyah menilai, kaum muda bisa memberikan kontribusinya dengan mengurangi penggunaan energi berbasis fosil dan menggantikannya dengan sumber energi yang berkelanjutan (sustainable) dan bisa diperbarui (renewable).
“Salah satunya adalah dengan memanfaatkan kendaraan umum, baik bus listrik maupun kereta api,” katanya, Jumat (25/3/2022).
Kaum muda juga harus mulai menggunakan perangkat listrik hemat energi dan memanfaatkan panel surya untuk pembangkitan listrik rumah tangga. Hal ini bisa mengurangi ketergantungan rumah pada pasokan listrik dari PLN. Makin ke sini, kata Nelwin, biaya listrik tenaga surya untuk rumah tangga ini makin berkurang jauh.
“Saya sudah memulainya sejak 2016. Jika dulu harganya masih Rp15 ribu per watt, sekarang sudah tinggal Rp7.000,” kata Nelwin.
Selain itu, kaum milenial juga bisa memanfaatkan sepeda dan sepeda motor listrik sebagai alternatif transportasi. Nelwin menjelaskan, PGE juga sangat mendukung penggunaan sepeda motor listrik. Salah satunya adalah dengan membantu Rangers, sebuah aplikasi ojek online lokal yang dibuat kaum muda di Kamojang, salah satu area kerja PT PGE.
“Kami membantu mengubah mesin motor mereka dari bensin ke listrik. Kami juga menyediakan Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU),” kata Nelwin.
Indonesia sudah menetapkan target bauran energi baru terbarukan pada 2025 sebesar 23 persen. Akhirnya, Pemerintah juga menargetkan zero emission pada 2060 atau lebih cepat.
Turut Mendukung
Direktur Utama PT Jasa Tirta Energi Dr. Etty Susilowati, yang mana dalam kesempatan ini turut serta dalam mendukung program percepatan konversi energi, menyambut positif apa yang telah menjadi program konversi BBM ke energi listrik.
“JTE menyambut positif konversi BBM ke listrik, sebagaimana yang dicanangkan oleh Pak Menteri ESDM. JTE siap berkolaborasi untuk mendorong percepatan implementasi renewable energi di Indonesia,” ujarnya.
Lebih jauh dia menyampaikan, bagaimana penyertaan berbagai pihak, khususnya para stakeholder menjadi penting dilakukan demi mendorong upaya percepatan realisasi konversi energi.
‘”Inklusif energi kepada stakeholder menjadi prioritas untuk segera dilakukan. Memang bukan perkara mudah untuk merealisasikan hal-hal yang mungkin dianggap baru. Banyak tantangan yang dihadapi. Tantangan ke depan adalah melaksanakan investasi di bidang renewable energi,” imbuhnya.
“Target net zero emission wajib dicapai dengan memperhatikan daya beli (kemampuan masyarakat) untuk membayar tarif renewable energi yang optimal tanpa mengenyampingkan tingkat pertumbuhan ekonomi di Indonesia,” pungkasnya.